Firasat

 

Aku pamit.
Dari kejauhan aku melihat awan hitam.
Bergulung
Berkendara angin menuju kemari.
Aku tak bisa menghitung pasti kecepatannya.
Di atasnya,
Kilatan cahaya bergantian, saling berkejaran menyapa bumi.
Merubah dedaunan menjadi merah api.
Entah Thor, Zeus, atau Indra.
Atau inkarnasi ketiganya.
Aku hanya tahu, itu tanda petaka.

Aku pamit.
Bukan badai atau gemuruh gempa yang aku takutkan.
Sedangkan congkak dalam tubuhmu yang renta
Tak akan mampu mengembalikannya.
Karena sejak Saturnus mencumbu Dewi Bulan
Miliaran tahun silam.
Congkak dan rasa bangga selalu mendatangkan masalah.
Pula Galileo, sampai Leonardo.
Bahkan ketika sajak-sajak Rumi,
Chairil, dan Kafka merubah rotasi bumi.
Congkak adalah sumber malapetaka.

Aku pamit.
Yang aku tahu
Kau tak pernah berkenalan dengan Sokrates, Plato, Gauthama, apalagi Hermes.
Kau hanya tahu Ghazali dan Jailani, yang
sudah kau sangka kebenaran hakiki.
Hingga kau congkak setengah mati.

Aku pamit.
Firasatku lebih baik tetap melangkah walau di terjal bukit,
Timbang hidup diam dan terlilit.

Senyawa

Pada awal dan akhir haruslah satu unsur agar bisa melebur. Meskipun sama-sama cair, air dan minyak tak akan bisa melebur. Meskipun sama-sama cair, air tawar dan air asin harus berkumpul di muara untuk proses melebur.

Aku pamit. Pada akhirnya, bisa saja kita tercipta untuk senyawa berbeda. Entah aku adalah hidro, atau aku adalah petro.

Aku pamit, Bukan karena takut pada perbedaan. Namun karena tahu diri pada batas kesamaan. Tidak semua fluid adalah lipid.

Cinta Fibonacci

Aku pamit.
Sebab kau terlalu rumit.

Sebetulnya, Jika kau ingin mencintaiku. Mulailah dari hal yang paling mudah. Semisal melihatku dari sisi baik, seburuk-buruknya aku. Lihatlah baiknya saja, meskipun hanya satu. Seperti baju yang sekarang aku pakai yang berbahan dari katun bergambar pola metatron yang terbuat dari sablon plastisol. Aku yakin kau akan tertarik. Setelahnya kau pasti mencintaiku, Menilai indah semua tentangku. Begitulah Pola Fibonacci. Sebelum kelipatan angka-angkanya bekerja, ada satu titik angka awal. Bahkan ketika dimulai dari nol atau minus. Lebih jelasnya, nol atau minus berarti kamu sama sekali tidak mengenalku, bahkan membenciku. Perlu penjumlahan kebaikan berkala agar kamu mencintaiku.

 

Comments

Popular posts from this blog

Renung-Relung Fatum Brutum Amor Fati

Tahun Bertambah, Sedang Aku Masih Satu

Revolusi Pemikiran Islam : Jejak Ali Syari'ati Mengartikulasikan Islam Progresif sebagai Ideologi Pembebasan