Pada setiap usaha, satar syair suci tak pernah berhenti kurapalkan. Kakiku melangkah tiada henti dan hati menolak tinggi. Aku sadar, aku hanyalah mahluk asing dari kekosongan yang diturunkan ke alam semesta untuk menjadi wadah untuk menampung segala resah mahluk yang matanya basah. Aku hanyalah mahluk kecil yang sesekali berarti, kadang tak berarti apa-apa, dan kadang berarti segalanya. Tidak ada kata pantas untuk merasa paling tinggi, karena aku sampai sekarang masih bingung yang tinggi itu tanah atau langit. Karena langit berkata kepadaku "Tanah di atasku" sedangkan tanahpun berkata sebaliknya, "langit di atasku". Jadi, aku sebagai manusia di tengah-tengah? Tanyaku.. mereka menjawab "tergantung kau ambil prespektif dari aku atau langit" saut tanah. Ah sial, aku semakin bingung!. Ooh iya, jika aku memperlakukan kalian atau kamu dengan salah maaf ya, karena kekeliruan semata-mata menegaskan kemanusiaanku karena manusia tidak pernah luput dari kesalahan mun