Muhammadku dan Muhammadmu
Dalam permenungan hujan, tidak di tengah gurun bersaji fatamorgana teringat kisahmu yang menawan dari kisah perang hingga percintaan. Singkatnya, aku mengagumi kamu. Tidak sekedar mengidolakan hanya terbuai pada kisah sejarah dan memutar-mutar ulang mp3 sholawat untuk memuji. Aku kira lebih dari itu cara mengagumimu, dan caraku mempuisikanmu bertransformasi setiap waktu. Jika aku lebih tertarik dengan; bagaimana caramu melewati waktu saat sebagian saudara dan warga kota mengucilkanmu? Bagaimana cara mengendalikan diri saat kamu dihardik tanpa balas menghardik tapi justru memaafkan bukan maaf pura-pura? Bagaimana caramu menyatukan Anshor dan Muhajirin?daripada sekedar melantunkan sholawat dan ikut komunitas pengidolamu. Boleh kah jika aku tidak bersholawat? Maksudku tidak nampak melisankan sholawat, namun aku ingin menirumu. Kamu tidak seperti Musa yang congkak, tidak bimbang seperti Yusuf, tidak juga membuat bahtera, juga tidak perlu membelah lautan agar manusia lain mau berkawa