Posts

Ironi

 Orang awam pikir kesulitan untuk melupakan dan memilih terbiasa itu karena masa lalunya semakin cantik dan menarik. Padahal ia tidak pernah terlibat dalam suatu hubungan fraktal yang tanpa alasan tiba-tiba jiwa langsung “click” connect.  Bagaimana aku bisa larut terhadap kecantikan dan kemenarikan dia di layar gawai? sedangkan aku tau betul apa yang tak nampak di permukaan seperti bare facenya, breakoutnya, bruntusannya, belekannya, ketombenya, aroma alaminya, aroma lambungnya, ilerannya, wangi keringatnya, sisa cabe gudeg mercon yang iseng menempel di giginya dan segala ketidaksempurnaan yang melekat padanya. Sungguh ironi bukan? setelah itu yang digaungkan adalah fisik, fisik, fisik serta kesalahan-kesalahan tanpa ada sedikitpun konstan memori tentang betapa banyak hal besar dan bermakna yang telah dilalui?  Kau pikir maqom cintaku hanya sebatas di dzohir saja? rendah sekali. Lebih dari itu, melampaui ruang dan waktu.

Alasan

Ash, Jika kau punya satu-dua alasan Untuk mengabaikan cintaku. Maaf sebelumnya, Aku terlalu banyak alasan. Terlalu banyak alasan untuk mencintaimu, Yang ketika hilang satu-dua alasan, Masih banyak alasan lain untuk tetap selalu mencintaimu. Cirebon, 28 Januari 2024

Puncak Kepergian

  Aku hanya mencoba membuat hidup menjadi lebih sederhana. Seperti jika hanya untuk membuang penat tak perlu harus ke Bali atau Karimun dan menambah masalah baru setelahnya. Termasuk keinginanku mengunjungi rumahmu. Agar keinginan ini tidak mengganggu hari-hariku, apalagi saat malam hari sebelum tidur. Maka aku harus ke rumahmu. Aku harap kamu maklum. Setelah itu, bahkan aku belum merencanakannya. Jika begini, entah aku harus menghardik atau memuji Kartini, Aminah Wadud, serta Jeanne d'Arc. Karena mereka memperjuangkan agar wanita bisa dan berani mengambil keputusan. Lalu apa yang membuat kamu berat mengambil keputusan, dengan sekalimat jawaban, "Tak usah datang ke rumahku! ." Aku pun maklum dengan caramu menolak. Entah alasan karena aku tampak memikat, atau karena aku hanya alenia yang tak perlu kamu simak, atau karena alasan lain yang apa aku tidak mau menduganya, yang pada akhirnya keputusanmu, kamu ingin aku jangan sampai mengetuk pintu rumahmu. Keinginanku, d

Sempat

  Sebelum terlelap, dia pernah bercerita panjang lebar. Tentang nestapa dan derita yang dia dera. Seorang perempuan dengan mata sesayu subuh, pagi menemaninya saat dia belum sama sekali mengerti apa itu cinta. Warnanya, aromanya, gerak melingkarnya, serta rekahan dan pecahannya. Amuk, dan amarah kerap bersandang dengan pakaian kusut yang tak sempat disetrika, sekedar disemprotkan parfum zara. Saling mengikat, dan melingkarkan rantai dikira adalah cara terbaik mempertahankan sebuah hubungan yang selalu menjadi prioritas utama. Sesuatu yang paling berharga akan selalu didekap. Pikirnya dulu. Ku lirik jam pada dinding menunjukan angka 02.20.   Pernah suatu pagi, saat kau masih terlelap dalam mimpi. Aku mengecup keningmu mesra. Semua ini tidak akan berakhir, sangkaku saat itu. Menjadi makhluk merdeka memang menyenangkan. Namun penuh jebakan tak terduga. Benar katamu, lelaki itu berhasil mengikat mimpi-mimpiku. Tapi tenang, hatiku utuh untuk kamu. Aku diburu sesak di dada setelah mengec

Usai?

  (K epada Perempuan yang sudah usai? )   Catatan kecil untuk senyuman yang pernah tersimpul untukku, tepat pada waktu yang rawan, hingga membuatku terpaku. Mungkin, Aku harus menjadi seorang yang lain . Agar aku layak me nyandang seluruh  rasaku akanmu.   Waktu seperti behenti berputar Sejak aku menatap ke dalam matamu. Aku butuh kesadaran penuh, Agar aku bisa mewujudkan Semua hayalku . Kamu pancarkan kecantikanmu dari dalam, Wajahmu hanya cerminan kelembutan hati.   Pertanyaannya, Kapan waktunya untuk mengucapkan Aku cinta kamu? Sementara waktu sudah berhenti berputar Sejak aku menatap matamu.     Aku  gemetar saat  dekat denganmu, Kamu tahu apa yang aku rasa? Ya, kamu sempurna dalam hayalku. Sering aku berharap Semoga hayalku akanmu menjadi nyata dan indah, Namun harapku untuk selalu gemetar memangku rindu padamu, Lebih besar dari harapku pada hayal yang menjadi nyata.   Begitu banyak keindahan Terlempar jatuh d

Firasat

  Aku pamit. Dari kejauhan aku melihat awan hitam. Bergulung Berkendara angin menuju kemari. Aku tak bisa menghitung pasti kecepatannya. Di atasnya, Kilatan cahaya bergantian, saling berkejaran menyapa bumi. Merubah dedaunan menjadi merah api. Entah Thor, Zeus, atau Indra. Atau inkarnasi ketiganya. Aku hanya tahu, itu tanda petaka. Aku pamit. Bukan badai atau gemuruh gempa yang aku takutkan. Sedangkan congkak dalam tubuhmu yang renta Tak akan mampu mengembalikannya. Karena sejak Saturnus mencumbu Dewi Bulan Miliaran tahun silam. Congkak dan rasa bangga selalu mendatangkan masalah. Pula Galileo, sampai Leonardo. Bahkan ketika sajak-sajak Rumi, Chairil, dan Kafka merubah rotasi bumi. Congkak adalah sumber malapetaka. Aku pamit. Yang aku tahu Kau tak pernah berkenalan dengan Sokrates, Plato, Gauthama, apalagi Hermes. Kau hanya tahu Ghazali dan Jailani, yang sudah kau sangka kebenaran hakiki. Hingga kau congkak setengah mati. Aku pamit. Firasatku lebih bai

Hand Palm

  Aku kira kisah percintaanku sudah selesai, atau jangan-jangan belum dimulai sama sekali. Sedang cinta telah berkali-kali menyapa, Sesekali datang dengan irama terbaiknya, Sesekali hanya mendendangkan suara-suara keraguan. Tidak terlalu berlebihan jika merasa kegerahan, Karena mulut sudah enggan mengucap sumpah. Aku selalu saja mengatakan Kalau cinta dan percintaan itu berbeda sama sekali. Tetapi tetap saja ketika cinta mengalun Entah sumbang atau merdu Aku ingin sekali segera mencumbumu Atau segera melepaskanmu.   Kamu datang, menghentikan gerak tanganku. Segera aku pungut kembali sisa mimpi semalam, dalam mimpiku, ketika sinar mentari hanya mengintip dari sela-sela mendung, dan mendung belum berani menyimpulkan hujan, hanya sedikit bercengkrama dengan angin. Akan tetapi mendung tidak lantas pergi dan tetap berdiam di tempat malah selayak manaungi, tepat di atasku yang terpana menatapmu yang melangkah menghampiriku. Kamu tidak berhasil menyembunyikan seg