Renung-Relung Fatum Brutum Amor Fati
Kita acap kali berpikir bahwa diri kita ini sangat tidak berguna, sering gagal, trouble maker, sering membuat kekacauan. Padahal untuk kita memulai suatu hal saja itu sudah CUKUP BERANI dan LUAR BIASA. Kita mungkin kerap bosan mendengar kata sabar ini lagi, ikhlas lagi, tapi yakinilah hanya ini keyakinan yang kita punya. Ketika orang-orang cukup tahu bahwa kamu setabah itu, setenang itu. Padahal jauh di dalam, sungguh bergemuruh dan gelisah, tidak semua orang bisa menguatkan dirinya sendiri, tidak semua orang bisa bangkit dengan sepasang kakinya sendiri ; selalu ada yang membutuhkan tawaran bantuan, uluran tangan, bahu untuk bersandar, atau tangan untuk digenggam. Jadi, bertahanlah lagi, hingga besok hari atau nanti, mohon jangan pernah bosan ingatkan diri sendiri, lagi. Dari banyaknya kerisauan yang kita semua takutkan, kita harus semakin mengerti jika Tuhan ternyata begitu yakin terhadap pundak kita sendiri. Tidak perlu memaksakan diri, untuk menjadi people pleasure sebab kamu bukan pejabat publik. Tidak semua orang tau dan ingin tau keadaanmu. Istirahatdulu sejenak, untuk langkahmu yang lebih jauh. Ingat coretan dari Farid Stevy "Berbahagialah wahai para tersepelekan. Karena dengan begitu kita punya kesempatan besar untuk mengejutkan!".
"Ilahi, ilaika ufawwidu amri"
Tuhanku aku serahkan semua urusanku pada-Mu
Kiranya, aku bukan seorang praktisi religius, santri, mistikus, apalagi gus atau ustadz. Aku hanya seorang pengamal sosio-teisme-religio. Sebagian yang dengki mengutarakan hal tersebut sebagai sok suci, sebagian lagi menangkap pesan yang disampaikan. Tulisan diatas ikhlas ku-share, barangkali setiap nyawa dari frasanya bisa menjadi reminder bagi kita semua. Bahwa tidak semua orang baik-baik saja dan tidak semua orang tidak baik-baik saja, dan tidak semua orang yang tidak baik-baik saja bermaksud untuk mencari perhatian. Menurutku lebih ke meluapkan apa yang ingin meledak di kepalanya namun tak sanggup terucap. Seringkali, masalah datang silih berganti namun mereka denial terhadap apa yang ia rasakan dan hadapi bahkan berpura-pura ; Ada yang menangis, tertawa, mengeluh, bahkan berpesta pora.
Maaf, aku tidak suka berbicara mengenai dosa dan pahala, serta dogma-dogma manipulatif lainnya. Kita hanya mempunyai kepentingan sejak dalam kandungan, dan berbicara mengenai hak adalah mempertahankan bukan merebut, menguasai, atau meminta. Kita terlalu sering merasa mampu, padahal ada tanggungjawab yang kita pikul di pundak masing-masing dari kita. Kita terlalu sering merasa tau dan mampu akan banyak hal di realitas ini, terlalu sering membahas mengenai sistem, teori, implementasi atau tata negara (misal) padahal tetanggamu kelaparan atau sedih saja tak peduli, pada akhirnya hanya menjadi omong kosong belaka. Kita tidak akan benar-benar sadar dan belajar sebelum dihadapkan dengan kenyataan yang menyakitkan. Salam, fatum brutum amor fati.
Yogyakarta, 4 Juli 2022
Comments
Post a Comment