Keriuh-piuhan
Tanpa common sense kita hanyalah gumpalan atom yang mempunyai kerenggangan sekian mikro yang terus menerus bertowaf antara elektron dan proton dihadapan neutron sehingga disebut materi. serta segala senyawa seperti asam, basa, ionik, garam, oksida. dll dalam tubuh hanya molekul pasif yang tak ber-chemistry.
Di luar konteks itu aku cuman pengen menyampaikan sesuatu bahwasanya kita terlalu sering bicara bersyukur, etos, etis, dan bla bla bla lainnya tapi lupa dengan hal-hal mikro yang sangat dapat disyukuri, dipahami, diketahui, diamati, dilakukan, direnungi dan di dian lainnya. Kita bicara grand design lingkungan tapi acuh-tak acuh terhadap rumah,kost, atau tempat singgah lainnya. Kita diskusikan revolusi ndakik-ndakik tapi kamar sendiri saja kotor dan kasur berantakan. ingatkah lirik dari lagu oasis - don’t look back in anger yaitu “ill start revolution from my bed”.
kita banyak bicarakan iman,ilmu,amal tapi yang diimplementasikan hanya kekuasaan.
Kita terlalu sering menjadi pemantik tapi berharap paling nyentrik. Kita berjuang mati2an untuk berprestasi hanya untuk validasi? bahkan tubuh sendiri lupa dihargai. Kita banyak beretorika tapi beretika di depan panggung saja. bicara kanan bicara kiri tapi diri sendiri terapung, terombang ambing di tengah samudera atau hutan belantara? atau hanya diam di tempat saja?. Ingin bebas berekspresi dan mengagungkan independensi tapi sami’na wa atho’na katanya.. bukan ke Tuhan dan nurani, tapi ke penguasa, abang2, senior2. Koar-koar propaganda hanya untuk cari sensasi, padahal untuk kepentingan kubu sana kubu sini atau kami (katanya) bukan untuk kepentingan kalian (ummah dan/ atau kaum mustadhafin). Bhineka ruda paksa, berbeda-beda tetapi pecah juga. Plural tapi harus suku saya yang menang, misalnya. Membahas, menulis, kajian, diskusi mengenai tata negara, adminsitrasi negara, bicara dunia tapi rumah tangga amburadul. bicara teori sosial, ilmu sosial tapi tetangga kelaparan tak peduli, kadang sampai tidak saling kenal? Tata negara tapi tata diri sendiri saja kacau balau. Inginnya menguasai orang lain tapi kuasa atas diriny sendiri saja tidak punya. Diskusi kekerasan seksual, pelecehan seksual tapi siapa tau diantara itu ada pelakunya? Berargumentasi tentang penyimpangan sosial, LGBTQ, tapi? alah sia. Bicara otoritas, demokrasi, kebebasan, tirani, bisnis, ekonomi, politik tapi tanpa sadar semunya saling berbenturan. Bicara pengabdian tapi ambisi gak lupa ngikut terus dibalut retorika manis yang kadang saking manisnya bikin eneg. Saya muak harus bertemu ini lagi, itu lagi, dengan narasi ini lagi itu lagi, dengan kepentingan ini lagi itu lagi, dengan training ini lagi itu lagi. Ndakik-ndakik ini itu sampe berbusa, lupa yang diajak bicara siapa terlalu asik bercerita, beretorika, dan sedikit tipu daya. Bicara realistis hanya tentang harta dan tahta saja lupa dengan kasih sayang dan cinta sesama mahluk atau sesederhana sesama manusia. Ya inilah realitas perkuliahan kita, paling bener memang menjalani apa yang ingin kita jalani sudah itu saja. Urus hidupmu sendiri, sebab ngapain ngurus idup orang lain? kaya idup kita udah bener aja. untuk pembelajaran, posisi strategis, jabatan hanya untuk yang mempunyai relasi kuasa saja yang tidak? ya akan segitu2 aja. lah iya, yg ikut lomba ya itu2 saja, yang diskusi itu2 saja, yang jabat ya tau sendiri. kita terlalu naif atau munafik hidup di neraka atau kita memang tidak tau dan tidak pernah ingin tau sebenarnya hidup ini apa? ini hanya coretan keresahan saja dan sebagai warning untuk para pendusta, manipulator, penjilat, penguasa atau siapapun yang ingin menguasai dan mengendalikan siapapun. Ingat sabda batu kepada api.
Wassalam
innalillahi wa inna ilaihi rojiun
Comments
Post a Comment